,

Mengenal Lebih Dekat Sosok Eko Agusrianto Mantan Jurnalis yang Catat Sejarah jadi Kadis Kominfosan Kota Bengkulu Bergelar Doktor

oleh -3,044 views
oleh
Kadis Kominfosan Bengkulu.(foto : fer/LN)

MUNGKIN sosok Eko Agusrianto tidak asing bagi sebagian masyarakat di Bengkulu atau di kalangan Jurnaslis dan diistansis Pemerintahan yang ada di Bengkulu. Yah pria berusia 56 tahun yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian (Diskominfosan) Kota Bengkulu tersebut merupakan mantan seorang jurnalis senior yang pernah menjadi anak buah dari Surya Paloh Ketua Umum Partai Nasdem yang saat itu memimpin Surat Kabar Sumatera Ekspres dan Media Indonesia. Mantan Jurnalis di era 1988 itu kini mencatat sejarah menjadi satu-satunya Kadis Kominfosan Kota Bengkulu yang bergelar Doktor. Seperti apa sosok sebenarnya dari Eko Agusrianto yang baru saja menyandang Gelar Doktor tersebut, Berikuti Liputanya untuk anda:

FERY J SAPUTRA – KOTA BENGKULU || LINTAS NUSANTARA.ID

Eko Agusrianto pria kelahiran 15 Agustus 1965 di Kecamatan Jarai, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan ini merupakan suami dari Dra. Lia Kamlia Hariyani dan ayah dari 4 orang anaknnya yakni Zahrradatul Janna Eko Putri, Syafira Eko Putri, Muhammad Zaki Mutadol dan Fiqih Nabila Eko Putri.

Pria berkacamata dan bermata sipit tersebut saat ini di percaya oleh Pemerintah Kota Bengkulu di bawah kepemimpinan Walikota Bengkulu Helmi Hasan dan Wakil Walikota Bengkulu Dedi Wahyudi sebagai Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Persadian Kota Bengkulu.

Eko sapaan akrab pria berusia 56 tahun itu beberapa waktu yang lalu baru saja secara resmi menyandang gelar Doktor setelah selesai lulus Ujian Terbuka Promosi Doktoral Ilmu Sosial, Program Pascasarjana di Universitas Merdeka Malang dengan ketetapan lulus ujian terbuka Doktoral dengan predikat Sangat Memuasakan dan dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,87.

Atas gelar Doktor yang disandangnya saat ini, Eko Agusrianto menjadi satu-satunya pejabat Eselon 2 pertama bergelar Doktor di zaman Pemerintahan Walikota Bengkulu Helmi Hasan dan Wakil Walikota Bengkulu Dedy Wahyudi dan Sosok dari Eko Agusrianto yang merupakan mantan jurnalis senior di era tahun 1988 tersebut juga mencatat sejarah sebagai satu-satunya Kadis Kominfosan di Kota Bengkulu yang bergelar Doktor bahkan di Provinsi Bengkulu.

Apa yang telah di raih dari sosok Eko Agusrianto saat ini tidak semudah apa yang dibayangkan. Banyak hal yang harus dilaluinya untuk mencapai apa yang ia rasakan saat ini, Mulai dari kekecewan orang tua kepada sosok Eko, ditolaknya Eko di sejumlah Universitas, sempat tertundanya kuliah hingga terberat merasakan asam manis serta lika-liku perjalanan panjang berkerja di Media Massa dan Istansi Pemerintah yang digeluti oleh sosok Eko Agusrianto selama ini.

Diceritakan oleh Eko Agusrianto dirinya menamatkan bangku Sekolah Dasar Negeri 6 Pagar Alam tahun 1981, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menegah Pertama Negeri 1 di Kota Pagar Alam dan tamat tahun 1981 kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menegah Umum BPI Bandung tamat tahun 1981.

Saat duduk dibangkulu SMA sosok Eko dipercaya menjadi Ketua Organisasi Siswa Intras Sekolah (OSIS) tahun 1982 hingga 1983 di SMU BPI Bandung dan menamatkan studynya pada tahun 1984. Karena waktu itu di kepemimpinan Eko, OSIS dinilai berhasil akhirnya pada tahun 1984 Eko diminta oleh kawan-kawan menjadi Majelis Permusyawaratan Kelas. Ditahun yang sama diminta menjadi Sekjen Ikatan Keluraga Osis (Ikosis) se-Bandung kemudian di bidang prestasi menjadi siswa teladan di Bandung tahun 1984.

Prestasi demi prestasi yang telah diukir dari sosok Eko ini membuat Eko bisa kuliah melalui jalur Penelusuran Minat dan Bakat (PMDK) masuk ke Institut Pertanian Bogor (IPB) tanpa tes. Semasa dibangku kuliah di IPB Eko juga menggeluti sejumlah organiasi di internal kampus yaitu menjadi Ketua 1 Senat Mahasiswa IPB, kemudian di waktu bersamaan aktif di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) yang digeluti di HMI Cabang Bogor. Saat itu juga ia sempat aktif di Lakmi (Lembaga Pers Mahasis Islam).

Keaktifan serta kesibukan Eko di sejumlah Organisasi kampus, Membuat kuliah Eko di IPB menjadi terbengkalai, Sehingga Eko harus pindah ke Malang di Universitas Merdeka Malang Jurusan Admistrasi Negara, Kepindahan Eko ke Malang ini sempat membuat orang tua Eko yang merupakan seorang guru di Provinsi Sumatera Selatan itu menjadi kecewa kepada sosok Eko yang selama ini menjadi kebangaaan keluarga.

Kekecewan orang tua Eko ini terlihat dari tidak dibalasnya hasil laporan akademik yang selalu dikirim Eko ke Sumatera Selatan. Bahkan saat Eko yang sedang berjuang menyusun Skripsi hasus menerima kabar duka bahwa orang tua tercintanya telah meninggal dunia karena sakit yang dideritanya selama ini.

“Kalo dulu setiap kali orang tua kirim uang, Orang tua itu selalu menulis surat kepada saya untuk menjaga kesehatan dan lainya, Namun setelah kepindahan hal itu tidak lagi dilakukan, Disitulah terlihat orang tua saya kecewa berat kepada saya hingga akhir hayatnya,”cerita Eko.

Saat pindah di Universitas Merdeka Malang inilah, Eko mulai kembali fokus kebangku kuliahnya dan bahkan Eko kembali mengukir prestasi dibangku kuliahnya. Eko dapat menyelesaikan pendidikan dibangku kuliahnya di Universitas Merdeka Malang pada tahun 1989 dengan predikat wisudawan terbaik oleh rektor.

“Saya dulu sempat ditawari rektor untuk mengabdi dikampus sebagai dosen, Tetapi hal itu tidak dapat terlaksana kerena permintaan orang tua saya yang harus saya kembali ke Palembang,”ungkap Eko Agusrianto.

Saat kembali ke Palembang, Eko sempat mengajar di Taman Siswa sebagai dosen dan menjadi dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Candra Dimuka. Pada tahun 1988 Eko mulai terjun kedunia Jurnalistik dan menjadi salah satu wartawan di Surat Kabar Sumatera Ekspress dibawah pimpinan Surya Palo yang saat ini merupakan Ketua Umum Partai Nasdem.

Eko yang terjun kedunia jurnalistik sempat dipercaya oleh Surya Paloh untuk memegang jabatan sebagai redaktur halaman opini. Namun karena pada tahun 1990 hingga 1991 Sumatera Ekspres dinyatakan bubar, Sehingga Eko pun harus ikut pindah menjadi Koresponden Media Indonesia di Provinsi Bengkulu dan sempat ditawari oleh Surya Paloh untuk ditarik ke Jakarta.

Eko yang kala itu lebih memilih untuk bertahan menjadi Koresponden Media Indonesia di Provinsi Bengkulu, Dikenal dekat dengan para narasumber yang kerap kali ia jumpai saat bertugas menjadi Koresponden, Baik itu kepala daerah hingga pejabat tinggi lainnya yang ada di Provinsi Bengkulu. Kedekatan Eko tersebut bukan tampa sebab, Hal itu dikarenakan tulisan yang dimuat Eko dari hasil kerja Jurnalistiknya yang kerap kali mengkritik pemerintah daerah kala itu.

Karir Eko menjadi Koresponden Media Indonesia pun tidak berlangsung lama, Dimana pada tahun 1993 dirinya mengikuti pembukaan tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu. Eko yang diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) langsung mendapat Penempatan tugas pertama menjadi PNS ditempatkan di Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu, lalu kemudian dipromosikan menjadi Kaur Perencanaan. Lalu Eko ditarik ke kantor gubernur sebagai staf.

“Saya sempat ditawari di tarik ke Jakarta, tapi saya sudah berkeluarga. Dan pada tahun 1992 jadilah koresponden Media Indonesia, tapi tidak lama. Ada pembukaan tes CPNS ada penerimaan untuk lulusan sarjana dan saya ikut daftar pada tahun 1993 diangkat jadi PNS di Bengkulu,” jelasnya.

Karir Eko menjadi PNS cukup berjalan mulus, Dimana Eko yang kala itu menjadi staf gubernur pada masa pemerintahan Gubernur Adjis Ahmad pada tahun 1997 terus melonjak hingga masa pemerintahan Gubernur Bengkulu Agusrin M Najamudin dan Gubernur Bengkulu Junaidi Hamzah, Sosok Eko sempat beberapa kali menjabat mencicipi beberapa jabatan strategis seperti Kasubag Tata Usaha, Kabag Protokoler, hingga Kepala Dinas di beberapa istansi pemerintah Provinsi Bengkulu.

“Jadi saya ditarik menjadi staf gubernur pada zaman Gubenur Pak Adjis Ahmad tahun 1997, kemudian masih ikut Pak Gubernur Andi Jalal, Pak Seman dan Pak Hasan Zen. Setalah itu jadi Kasubag Tata Usaha dan merangkap ajudan Pak Salman Rupni tahun 1994,” katanya.

“Kemudian dipromosikan lagi pada zaman Pak Agusrin menjadi Kabag Protokoler karena sudah eselon IV, menjelang masa habis jabatan Pak Gubernur Agusrin periode pertama saya diangkat menjadi Sekretaris Kadispenda selama 2 tahun. Pada tanggal 19 Juni 2012 oleh Pak Junaidi Hamzah saya diberi amanah kepercayaan menjadi Kadishubkominfo Provinsi Bengkulu,” ujarnya.

Perjalanan karir Eko di Pemerintahan tidak selamanya berjalan mulus, Eko sempat merasakan asam manis serta lika-liku yang cukup membuat Sosok Eko terpuruk karena berbagai masalah yang harus dihadapinya saat itu. Meski begitu Eko tetap bangkit dan memulai karirnya kembali dengan diiringi doa orang- orang tercinta yang ada di sekitarnya.

Eko Agusrianto sendiri saat ini menjadi satu-satunya Eselon 2 dengan jabatan Kadis Kominfosan Kota Bengkulu bergelar Doktor di zaman Pemerintahan Walikota Bengkulu Helmi Hasan dan Wakil Walikota Bengkulu Dedy Wahyudi. Sebuah kebangaan yang ditoreh oleh Eko Agusrianto dari perjalanan panjang yang harus dilaluinya.

“Alhamdulilah berkat doa anak istri tercinta serta keluarga dan rekan-rekan yang ada, Saya bisa bangkit dan terus maju kedepan hingga ke tingkat apa yang saya rasakan sekarang ini. Keberhasilan saya ini untuk Almarhum Ayahanda dan Ibunda tercinta. Mereka yang sejak dulu paling mensupport saya. Begitu juga Istri saya yang sampai detik ini juga selalu ikut mendampingi saya,”cerita Eko dengan berlinang air mata. (**)

No More Posts Available.

No more pages to load.