PMII Bengkulu Gelar PKL, Bahas Bonus Demografi Indonesia 1945

oleh -2,173 views
oleh

Bengkulu || LINTAS NUSANTARA.ID – Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Bengkulu akan menggelar Pelatihan Kader Lanjut (PKL), yang merupakan jenjang kaderisasi formal di PMII. PKL akan digelar pada 26-30 Oktober 2021 di Hotel Vista Kota Bengkulu.

PKL dengan tema “Merawat Nalar, melanjutkan Peradaban” ini menghadirkan pemateri tidak hanya dari alumni PMII, melainkan juga pemateri dari praktisi, akademisi dan profesional.

Dalam rangkaian kegiatan PKL, juga digelar seminar nasional dengan mengusung tema “Menangkan Bonus Demografi 2045”. Tema ini mengundang narasumber Ketua Umum PB PMII M Abdullah Syukri, Anggota DPR RI M Saleh, Gubernur Bengkulu Rohihin Mersyah, Kapolda Bengkulu Irjen Pol Guntur Setyanto, Kepala Kanwil Kemenag Bengkulu Zahdi Taher, Dirut Bank Bengkulu Agusalim, Ketua IDPMI/Dirut GIS BEI UIN Fatmawati Sukarno dan praktisi media Wibowo Susilo.

Yang menarik adalah pembahasan seminar “Menangkan Bonus Demografi 2045”. Tema ini sengaja diangkat karena pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan diatas 65 tahun). Bonus demografi ini terjadi apabila jumlah populasi usia produktif (15 hingga 64 tahun) lebih besar daripada jumlah populasi usia yang tidak produktif (14 tahun ke bawah dan 65 tahun ke atas).

Selain itu, pada tahun 2045 nanti, Indonesia genap berusia 100 tahun yang berarti 100 tahun emas. Inilah yang menjadi salah satu alasan munculnya ide, wacana, dan gagasan Generasi Emas 2045.

Dengan pembahasan tersebut, tentu diharap generasi, khususnya mahasiswa yang ber-PKL di PMII tahu tanggung jawab moral dan sosial apa yang harus dilakukan dalam menyongsong bonus demografi 1945 sekaligus generasi emas 2045. Sebagaimana diketahui, tantangan kedepan semakin kompleks, evolusif sekaligus revolusif. Generasi haruslah sustainable dan adaptif.

Isu bonus demografi sangatlah penting dibahas, selain untuk menguatkan peran lokal dan kearifan lokal, juga mengingatkan mahasiswa tentang bedanya peran mereka di masa lalu dan dimasa depan. Dimasa lalu, mahasiswa harus berjuang dengan semangat membara menggunakan corong megaphone untuk demo, siapa yang kritis bersuara, dia akan vokal dan mendapat tempat diruang publik untuk didengar.

Namun kini berbeda, ‘musuh’ tidak lagi konvensional. Kritik tidak efektif lagi harus menggunakan megaphone dan dijalanan. Orientasi juga harus diubah. Saatnya menguatkan dan membangun nalar peduli lokal. Isu-isu lokal harus menjadi isu nasional, bukan isu nasional dilokalkan, kecuali kasuistis.

Mahasiswa harus kritis, adaptif dan komprehensif. Jangan kalah sama ‘start up’ yang memanfaatkan berbagai saluran demokrasi. Mahasiswa harus menyiapkan kompetensi diri mengisi ruang menuju 2045. Jangan kalah sama mereka yang belajar tanpa kampus.

Kembali pada tema PKL, “Merawat Nalar, Melanjutkan Peradaban”. Tema PKL ini progresif. Bukan hanya soal isu, tapi juga pemateri yang tidak hanya menghadirkan para intelektual saja, melainkan berani menghadirkan praktisi dan pelaku.

Ada senior Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Harius, juga senior dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Riki Susanto. Sedangkan dari akademisi ada Dr Zubaedi, Dr Titik Kartika, Evan Setiawan dan Fauzan. Dari praktisi ada Junaidi Ibnurahman, Nur Hasan, Nur Sayyid Santoso Kristeva, Wibowo Susilo dan Gusti Rahmat.

Dan juga ada intelektual muda, ada Yurmartin, Ahmad Rani, Nopawan dan Tommi Febrizky.

Dengan PKL ini, menjadi bagian dari momentum membangun kesadaran kolektif. Selamat ber-PKL.(**)

 

Oleh: Wibowo Susilo, Direktur Bengkulutoday.com

No More Posts Available.

No more pages to load.