Empat Pilar Petani Milenial Capai Kesuksesan

oleh -1,502 views
oleh

TIMUR TENGAH UTARA || LINTAS NUSANTARA.ID – Ketua Koordinator Wilayah (Korwil) Duta Petani Milenial Provinsi NTT, Gestianus Sino menitipkan 4 pesan penting yang harus dipegang oleh seorang petani di Kabupaten Timor Tengah Utara dalam upaya meningkatkan kualitas pertanian.

Dari aspek ekonomi, ungkap Gestianus, seorang petani harus melihat pertanian sebagai sesuatu yang menguntungkan.

“Kalau secara ekonomi menguntungkan berarti orang mau bertani. Saya sebagai petani begini karena dilihat dari segi ekonomi menguntungkan, sehingga saya sampai saat ini saya tetap motivasi teman-teman muda untuk menjadi petani,” ujar pria yang akrab disapa Gesti Sino ini pasca memberikan pelatihan vocational bagi usaha mikro sektor pertanian dan peternakan, yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) RI di Kabupaten Timor Tengah Utara, Kamis 21 April 2022.

Gestianus yang dikonfirmasi media ini, Sabtu (23/4/22/) mengatakan, pentingnya komunikasi yang harus terjalin dengan baik, sehingga tujuan untuk regenerasi pelaku pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani dapat dicapai. Perlu dilakukan sinergi antar lembaga apalagi target ke depan menjadi pusat ekspor dan DPM/DPA menjadi motor penggeraknya sehingga memberikan kontribusi yang nyata dalam penumbuhan petani milenial berorientasi ekspor.

Dikatakan, Upaya pengembangan SDM pertanian ini sejalan dengan tugas besar bahwa pertanian tidak boleh berhenti dalam menyediakan stok pangan bangsa. Pertanian harus selalu bergerak maju, mandiri dan modern, agar tercapai  produktivitas  komoditas pertanian unggulan dan berproduksi tinggi. Itulah yang kerap disampaikan oleh Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo dalam setiap kesempatan.

“Kunci dari keberhasilan pembangunan pertanian adalah SDM Pertanian. Saat ini, jumlah pelaku pertanian semakin lama semakin menurun,” ujarnya

Di sisi lain, tantangan yang ada terkait minat generasi muda terhadap pertanian kurang, karena dirasa tidak menarik dan tidak memberi masa depan yang menjanjikan. Hal ini merupakan tantangan Kementerian Pertanian untuk menggerakkan generasi milenial melirik sektor pertanian dengan berbagai program. Salah satunya adalah program regenerasi petani dengan mencetak petani milenial yang berjiwa wirausaha pertanian dan berdaya saing.

Ia menambahkan, bahwa petani milenial sangat potensial untuk melanjutkan pembangunan pertanian di Indonesia, karena mereka rata-rata cerdas, adaptif terhadap teknologi dan siap memasuki era pertanian 4.0.

Mereka, kata Sino, mampu menjadikan pertanian maju, mandiri dan modern dari hulu sampai dengan hilir. Upaya mencetak, memproses dan menjadikan pemuda pedesaan menjadi petani milenial, diperlukan dukungan dan sinergitas berbagai elemen, salah satunya adalah mengoptimalkan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) menjadi pusat penggodokan petani milenial.

BPP sebagai pusat konsultasi agribisnis dan pusat pengembangan jejaring kemitraan, dapat membantu petani milenial mengakses pasar, input pertanian, dukungan keuangan serta membantu menjalin kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait manajemen rantai pasokan dan pemasaran.

Prinsip lain yang menjadi pegangan bagi seseorang adalah bertani ramah lingkungan. Maksud dari prinsip ini yakni bahwa, kaum milenial melihat pertanyaan sebagai investasi kini dan nanti.

Model pertanian seperti ini menyediakan lingkungan atau tanah sebagai penyedia tubuh tanah yang sehat. Apabila tanaman yang ditanam sehat maka lingkungan dan manusia pasti merasakan dampak tersebut.

Tidak hanya itu. Prinsip lain yang harus dipegang oleh seorang, kata Gesti, yakni pertanian berdampak sosial.

Menurutnya, dapat dibayangkan bahwa angka pengangguran di Provinsi NTT dan Kabupaten TTU pada khususnya cukup tinggi. Oleh karena itu, ketika seseorang membuka usaha pertanian dan peternakan, secara tidak langsung mendorong pemerintah untuk mendukung kaum muda berwirausaha demi mengurangi angka pengangguran tersebut.

Ia menambahkan, selain itu, prinsip terakhir adalah pertanian saat ini tidak terlepas dari teknologi mekanisasi dan digitalisasi. Apabila kaum muda hendak bertani, maka harus mengandalkan teknologi.
“Misalnya kita siram, harus pakai irigasi tetes, olah lahan ada traktor hand traktor,”jelasnya.

Dari aspek digitalisasi, seorang petani harus membuat market di media sosial sebagai sarana pemasaran hasil pertanian secara online maupun offline. Dengan demikian, seorang petani menyediakan produk dengan mengantarkan langsung ke rumah-rumah konsumen.(ans)

Laporan : Toni Sanbein

No More Posts Available.

No more pages to load.